Sistem Dispersi
Sistem Dispersi
I. Tujuan
Mampu membuat sediaan suspensi dan emulsi yang baik serta mengetahui parameter evaluasinya.
II. Prinsip
Berdasarkan Hukum Stokes: Bahwa sedimentasi berkaitan dengan ukuran partikel dari zat terdispersi dan bergantung pada viskositas fase pendispersi.
III. Pendahuluan
Sistem
dispersi dapat diartikan sebagai suatu sistem yang salah satu zatnya
adalah fase terdispersi kedalam zat atau fase pendispersi. Klasifikasi
sistem dispersi dalam farmasi dilakukan berdasarkan keadaan fisik medium
dispersi, fasa terdispersi, serta ukuran partikel fasa terdispersi.
Klasifikasi ketiga sistem dispersi dibatasi pada medium cair berdasarkan
interaksi antara fasa terdispersi dan medium dispersi.
Pada sistem iyofilik terdapat afinitas antara fasa terdispersi dan
medium cair. Dalam sistem iyofobik terdapat hanya sedikit tarik-menarik
antara kedua fasa, seperti belerang dan magnesium stearat dalam air.
Jika cairan adalah air, maka di pakai terminologi hidrofobik. Kelompok
ketiga dari klasifikasi ini adalah molekul, yang mempunyai baik gugus
hidrofolik maupun hidrofobik, yang dinamakan ampifil. Molekul ini
membentuk agregat dimensi koloidal yang dalam medium despersi dinamakan
misel, seperti surfaktan dalam air.
Dari bermacam bentuk sediaan farmasi , sistem dispersi cairan merupakan
sistem yang paling kompleks. Faktor metode manufaktur, pendekatan
formulasi, pemilihan bahan formulasi, dan efek faktor lingkungan,
seperti terperatur dan waktu, sangat mempengaruhi variabilitas
ketersediaan hayati produk, karakteristik, dan variabel lain. Contoh
dari bentuk sediaan cair adalah suspensi yang dapat didefinisikan
sebagai preparat yang mengandung pertikel obat yang terbagi secara halus
disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan
kelarutan yang sangat minimum. Alasan penggunaaan suspensi farmasetik :
a. Diperlukan dosis obat yang sesuai
b. Mudah untuk mengatur dosis dengan pengenceran
c. Mudah ditelan
d. Tidak menimbulkan rasa yang tidak diinginkan
e. Karena
ukuran partikel halus, akan meningkatkan luas permukaan spesifik dan
mempercepat disolusi yang penting sekali untuk obat dengan kelarutan
rendah. Hal ini juga dapat mempengaruhi absorpsi obat dan ketersediaan
hayati obat.
f. Dapat mengembangkan bentuk sediaan alternatif, seperti topikal, parenteral, dan oral selain bentuk tablet, pelepasan terkendali berbentuk matrik atau secara penyalutan.
g. Penerimaan pasien lebih mudah.
Dalam
pembuatan suspensi diperlukan partikel dengan ukuran yang sesuai,
distribusi ukuran partikel, dan stabilisasi fasa dispersi. Antaraksi
antara partikel yang sama, partikel tidak sama, dan medium fasa kontinyu
merupakan hal kompleks dan merupakan bagian esensial dari teknologi
dispersi. Interaksi antar partikel disusun oleh molekul, atom, dan ion
atau agregat dari kelompok ini melibatkan forsa tarik-menarik dan
tolak-menolak. Forsa ini bergantung pada sifat, ukuran, dan orientasi
spesien dan jarak pisah diantara partikel fasa terdispersi dan medium
dispersi. Sifat-sifat yang diinginkan dalam suatu Suspensi Farmasi :
1. Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok.
2. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan
3. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.
Sebagai hasil adsorpsi lapisan udara atau sejumlah kecil kontaminan
pada permukaan padat, kadang-kadang sukar sekali mendispersikan bahan
bahkan memungkinkan terjaddinya pembasahan solid oleh cairan, sebagai
contoh pembuatan suspensi. Partikel dengan berbagai cara dapat
dihaluskan sampai mencapai ukuran tertentu. Sesudah itu kalau dihaluskan
terus, pertikel tersebut akan membesar ukurannya. Selain itu, jarang
sekali partikel halus berbentuk individual, lebih sering berbentuk
agregat (kelompok) partikel yang menyatu. Penambahan surfaktan dalam
jumlah cukup akan menurunkan sudut kontak mendekati nol. Adapun beberapa
perilaku partikel terdispersi :
1. Koagulasi
La Mer: koagulasi berasal dari bahasa latin “coagulare”
yang berarti berkumpul bersama. Terminologi ini berlaku untuk kerja
garam netral terhadap dispersi koloidal, dengan penurunan potensial
tolak-menolak dari lapisan rangkap elektrik disekitar partikel dari
kesatuan berbentuk kompak.
2. Flokulasi
Flokulasi
berasal dari kata latin Floculare yang signifikan dengan bentuk flocon
(sarang tawon) yaitu struktur longgar dan poros. Flokulasi dapat
dilakukan dengan cara:
a. Modifikasi muatan elektrik dengan elektrolit
b. Interaksi kimia
c. Pembuatan jembatan antara polimer
d. Penggunaan cairan
3. Caking
Bersatunya
partikel padat membentuk massa, seperti massa kue yang sukar dipisahkan
dengan cara pengocokan. Hal ini menimbulkan resiko ketidak homogenan
suspensi walaupun sudah mengalami pengocokan.
|
Persamaan
Stokes diturunkan untuk suatu keadaan ideal dimana partikel-partikel
yang benar-benar bulat dan seragam dalm suspensi yang encer mengendap
tanpa mengakibatkan turbulensi pada waktu turun kebawah, tanpa tumbukan
antara partikel-partikel suspensoid dan tanpa gaya tarik-menarik kimia
atau fisika atau afinitas untuk medium dispersi. Jelas persamaan Stokes
tidak bisa dipakai secara tepat untuk suspensi farmasi biasa dimana
bentuk suspensoid tidak teratur, dengan berbagai diameter partikel dan
bukan bulat, dimana jatuhnya partikel tersebut mengakibatkan turbulensi
dan tumbukan serta juga adanya afinitas yang cukup besar antara partikel
terhadap medium suspensi. Tetapi konsep dasar dari persamaan tersebut
memberikan suatu pertanda yang tepat tentang faktor-faktor yang penting
untuk partikel suspensi dan memberikan isyarat penyesuaian yang mungkin
dapat dibuat pada suatu formulasi untuk mengurangi laju endap partikel.
Dari persamaan tersebut jelas bahwa kecepatan jatuhnya suatu partikel
yang tersusupensi lebih besar bila ukuran partikel lebih besar, jika
semua faktor lain dibuat konstan. Dengan mengurangi ukuran partikel
dari fase terdispersi, seseorang dapat mengharapkan laju turun lebih
lambat dari partikel tersebut. Juga makin besar kerapatan partikel makin
besar laju turunnya, asalkan kerapatan pembawa tidak diubah. Karena
umumnya digunakan pembawa air
dalam suspensi farmasi untuk pemberian oral, kerapatan partikel umumnya
lebih besar daripada kerapatan pembawa, suatu sifat yang diinginkan,
karena bila partikel-partikel lebih ringan dari pembawa,
partikel-partikel cenderung untuk mengambang dan partikel-partikel ini
sangat sukar didistribusikan secara seragam dalam pembawa.
Laju
endap dapat berkurang cukup besar dengan menaikkan viskositas medium
dispersi dan dalam batas-batas tertentu secara praktis ini bisa
dilakukan. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya
tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan
kembali. Karena itu bila viskositas suspensi dinaikkan biasanya
dilakukan sedemikian rupa sampai viskositas sedang saja untuk
menghindari kesulitan-kesulitan seperti disebutkan tadi. Sifat khas
viskositas dari suspensi dapat diubah tidak hanya dengan penggunaan
pembawa, tetapi juga dengan kandungan padatnya. Sebagai proporsi dari
partikel padat dinaikkan dalam suspensi, maka begitu pule viskositasnya.
Kebanyakan stabilitas fisik dari suati suspensi sediaan farmasi
kelihatannya paling cocok untuk disesuaikan dengan mengadakan perubahan
pada fase terdispersi dan bukan pada medium dispersi.
Dalam
banyak hal medium dispersi menyokong fase terdispersi yang disesuaikan
tersebut. Penyesuaian ini terutama mengenai ukuran partikel, keseragaman
ukuran partikel dan pemisahan partikel-partikel tersebut sehingga tidak
mungkin untuk menjadi lebih besar atau membentuk padatan pada
pendiaman. Seperti ditunjukkan dalam rumus Stokes, pengecualian ukuran
partikel dari suatu suspensoid berguna untuk kestabilan suspensi karena
laju endap dari partikel padat berkurang kalau ukuran partikel
dikurangi. Pengurangan ukuran partikel menghasilkan laju pengendapan
yang lambat dan lebig seragam. Tetapi seseorang harus menghindari
pengurangan ukuran partikel yang terlalu besar karena partikel-partikel
yang halus mempunyai kecenderungan membentuk suatu padatan (cake) yang
kompak pada waktu mengendap kedasar wadah. Akibatnya mungkin cake
tersebut bertahan pada waktu di kocok dan membentuk gumpalan partikel
yang lebih besar ukurannya dan kurang dapat disuspensi daripada
suspensoid aslinya.
Bentuk
partikel dari suspensoid dapat juga mempengaruhi pembentukan cake dan
stabilitas dari produk. Untuk menghindari pembentukan suatu cake, harus
diambil cara-cara tertentu untuk mencegah penggumpalan partikel menjadi
kristal atau masa yang lebih besar. Satu cara umum untuk mencegah kohesi
yang kuat dari partikel-partikel tersebut dengan menggunakan daya ikat
antar partikel yang lemah. Penggumpalan partikel ini disebut flok atau
flokula, diman partikel-partikel yang terflokulasi itu membentuk sejenis
struktur kisi yang dapat menghalangi pengendapan sempurna (walaupun
flok mengendap lebih cepat daripada masing-masing partikel yang halus)
sehingga tidak mudah menjadi kompak dibandingkan dengan
partikel-partikel yang tidak terflokulasi. Flok tersebut mengendap
membentuk sedimen dengan volume yang lebih besar, struktur yang lebih
lemah memungkinkan gumpalan tersebut pecah lagi dengan mudah dan
tersebar lagi bila dikocok sedikit saja. Suatu sediaan suspensi yang
sudah mengendap harus mempunyai kemempuan untuk terdispersi kembali
menjadi sediaan yang homogen (redispersibilitas).
Evaluasi Waktu Redispersi, waktu redispersi dapat diketahui dengan cara mengocok sediaan dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik atau tangan. Suspensi didiamkan hingga mengendap kemudian masing-masing suspensi dikocok homogen dan dicatat waktunya. Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu maksimal 30 detik.
Untuk mengevaluasi sediaan suspensi adalah dengan mengamati volume sedimentasi (F) dan derajat flokulasi (
).
Volume sedimentasi (F) adalah rasio volume akhir sedimen sediaan
suspensi flokulasi dengan volume awal suspensi sebelum terjadi
pengendapan, F =
sedangkan derajat flokulasi (
) adalah rasio akhir sediaan suspensi flokulasi dengan volume akhir sediaan deflokulasi,
=
.





Bila F = 1 dinyatakan sebagai “floculation equilibrium”, merupakan sediaan yang baik karena tidak adanya supernatan jernih pada pendiaman, demikian bila F mendekati 1. Bila F > 1 terjadi “floc” sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih besar
dari volume awal, maka perlu ditambahkan zat tambahan. Dalam formulasi
suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva garis yang horizontal atau
sedikit curam (Martin, 1993).
IV. Percobaan
4.1 Alat dan Bahan
Alat : Corong gelas, Gelas ukur, Mortir dan stemper, Pemanas, Botol Bening.
Bahan : Sulfadiazin, NaCMC, PGA, Gliserin, Aquadest.
4.2 Prosedur
a) Pembuatan Suspensi
Zat aktif disuspensikan dengan zat pensuspensi dalam tiga variasi konsentrasi.
R/ Sulfadiazin 5%
Pensuspensi
Glliserin 2%
Air ad 100%
b) Pengamatan Pengendapan
Volume sedimentasi yang terbetuk diamati dalam interval waktu 0, 30, 60 menit sampai 24, 72 jam.
c) Penentuan Redispersibilitas
Setelah 24 jam, sediaan suspensi diredispersikan.
V. Pengamatan
Pembuatan Sediaan Suspensi
Zat Aktif
|
Formula
| |
Sediaan I
|
Sediaan II
| |
Sulfadiazin 5%
( kadar zat aktif 500 mg )
|
PGA
|
NaCMC
|
1%
|
1%
| |
1.5%
|
1.5%
| |
2%
|
2%
|
Pengamatan Suspensi
Waktu
(Menit)
|
PGA
|
NaCMC
| ||||
1%
|
1.5%
|
2%
|
1%
|
1.5%
|
2%
| |
0
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
30
|
0.2 cm
|
0.2 cm
|
0.4 cm
|
0.1 cm
|
0.2 cm
|
0.3 cm
|
60
|
0.4 cm
|
0.3 cm
|
0.5 cm
|
0.2 cm
|
0.3 cm
|
0.5 cm
|
Waktu (Jam)
| ||||||
24
|
0.5 cm
|
0.4 cm
|
0.6 cm
|
0.4 cm
|
0.7 cm
|
0.8 cm
|
72
|
0.6 cm
|
0.5 cm
|
0.7 cm
|
0.6 cm
|
0.8 cm
|
0.9 cm
|
Redispersibilitas
|
0.6 cm
|
0.3 cm
|
0.6 cm
|
0.4 cm
|
0.7 cm
|
0.8 cm
|
F = Vu/V0
|
0.24 cm
|
0.20 cm
|
0.28 cm
|
0.24 cm
|
0.32 cm
|
0.36 cm
|
VI. Pembahasan
Pada
pembuatan suspensi ini digunakan zat aktif sulfadiazin dengan kadar
zat aktif 500 mg per tablet. Ada dua macam pengamatan dalam percobaan
ini, sulfadiazin disuspensikan dengan zat pensuspensi dalam beberapa
variasi konsentrasi yaitu dengan pensuspensi PGA 1% , PGA 1.5 %, PGA 2%
dan pensuspensi Na-CMC 1%, Na-CMC 1.5%, Na-CMC 2%. Zat pensuspensi ini
ditambahkan ke medium dispersi untuk menghasilkan struktur yang membantu
terdispersinya fase dalam suspensi.
Dalam pembuatan suspensi, dipakai gliserin
yang berguna di dalam penggerusan zat yang tidak larut karena akan
memindahkan udara diantara partikel–partikel sehingga bila ditambahkan
air dapat menembus dan membasahi partikel karena lapisan gliserin pada
permukaan partikel mudah bercampur dengan air. Maka itu pendispersian
partikel dilakukan dengan menggerus dulu partikel sulfadiazin dengan
gliserin.
Sulfadiazin
dibuat dalam ukuran kecil dengan menumbuk dan menggerus sediaan sampai
halus, hal ini berguna untuk kestabilan suspensi agar laju endap dari
partikel padat berkurang sehingga laju pengendapan akan lambat dan lebih
seragam.
Pembasahan
partikel dari serbuk sulfadiazin yang tidak larut di dalam cairan
pembawa (air) adalah langkah yang penting, kadang–kadang sukar
mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain – lain
kontaminan. Serbuk sulfadiazin tadi tidak dapat segera dibasahi,
walaupun berat jenisnya besar serbuk akan mengambang pada permukaan
cairan. Pada serbuk yang halus mudah dimasuki udara dan sukar dibasahi
meskipun ditekan di bawah permukaan cairan. Selanjutnya semua suspensi
disimpan dalam botol tertutup rapat dan terlindung dari panas dan cahaya
berlebihan, suspensi dikocok untuk menjamin distribusi zat padat yang
merata dalam pembawa.
Baik
susupensi dengan pensusupensi PGA maupun NaCMC semuanya menunjukkan
kecenderungan untuk berflokulasi, membentuk suatu gumpalan yang lunak,
sedimentasi terjadi cepat pada 30 menit pertama. Wujud suspensi kurang
bagus karena sedimentasi terjadi cepat, keenam sediaan menghasilkan
batas yang nyata antara endapan dan cairan diatasnya terjadi daerah
cairan yang jernih dan nyata. Setelah 72 jam semua suspensi dikocok
ringan (uji redispersibilitas) sedimen tidak membentuk cake yang
keras ataupun padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula.
Kemampuan redispersi baik untuk semua variasi suspensi, semua suspensi terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu + 30 detik. Dari kurva dibawah ini dapat dilihat :
. 

Dari kurva dapat dilihat zat pensuspensi yang paling baik bisa dikatakan tidak ada,
untuk PGA adalah PGA dengan konsentrasi 2% yang lebih baik dibanding
variasi konsentrasi PGA lainnya, sedangkan untuk NaCMC adalah NaCMC
dengan konsentrasi 2 % juga. Dari hasil perhitungan volume sedimentasi, F
( hal.7) dapat dilihat bahwa yang paling mendekati sediaan yang baik
mendekati F=1 adalah NaCMC sebesar 0.36, setelah dilakukan
redispersibilitas dan diamati 24 jam.
NaCMC
2% dan PGA 2% menjadi pensuspensi yang cukup baik diantara variasi
konsentrasi yang di ujikan, hal ini disebabkan kadar konsentrasi
pensuspensi yang lebih tinggi dibanding variasi konsentrasi lainnya.
Walaupun begitu dalam literatur dijelaskan produk akan terlihat buruk
jika F, volume sedimentasi tidak mendekati samadengan satu. Salah
satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari
pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga
stabilitas suspensi.
Maka,
untuk mencegah terjadinya pengendapan dari flokulat sehingga didapat
volume sedimentasi yang paling baik F=1 atau mendekati satu adalah
dengan menambahkan kadar pensuspensi yang lebih banyak tapi tertentu,
yang telah di uji coba konsentrasi yang paling baik.
VII. Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan tidak ada zat pensuspensi yang paling baik dengan
volume sedimentasi,F mendekati satu atau samadengan satu dengan kadar
zat pensuspensi PGA 1-2% begitupun NaCMC 1-2%. Untuk membuat sediaan
suspensi yang baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antaralain
sifat partikel terdispersi (derajat pembasahan partikel), Zat pembasah,
Medium pendispersi serta komponen – komponen formulasi. Zat yang
terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog
perlahan-lahan, endapan harus terdispersi kembali. Dapat di tambahkan
zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan
suspensi harus menjamin sediaan mudah di gojog dan dituang.
VIII. Daftar Pustaka
Agoes, Goesman. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi Edisi revisi dan perluasan. ITB : Bandung.
Yoshita (penerjemah). 1993. Dasar Dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetika Edisi Tiga. UI-press: Jakarta.
Ansel C Ph.D Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi ke empat. UI-press : Jakarta.
LAMPIRAN
Pertanyaan :
Sebutkan perbedaan antara flokulasi dan deflokulasi !
Jawab :
Yang dimaksud dengan sistem flokulasi, dimana partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali. Keunggulannya : sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi.
Kekurangannya : dosis tak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi.
Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
a. Kombinasi ukuran partikel.
b. Penggunaan elektrolit untuk control potensial listrik ( zeta ).
c. Penambahan polimer mempengaruhi hubungan atau struktur partikel dalam suspensi.
Sifat – sifat dari partikel flokulasi :
a. Partikel merupakan agregat yang bebas.
b. Sedimentasi terjadi cepat, partikel mengendap sebagai flok yaitu kumpulan partikel.
c. Sedimen terjadi cepat.
c. Sedimen terjadi cepat.
d. Sedimen
dalam keadaan terbungkus dan bebas sehingga tidak membentuk cake-cake
yang keras dan padat, sehingga terdispersi kembali seperti semula.
e. Bentuk suspensi kurang baik, sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terdapat daerah cairan yang jernih dan nyata.
Sistem deflokulasi, dimana partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi dan akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali. Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relative homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.
Kekurangannya
: apabila sudah terjadi endapan sukar sekali di redispersi karena
terbentuk massa yang kompak. Sistem deflokulasi dengan viskositas yang
tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah
sistem akan tetap homogen pada waktu paruhnya.
Sifat suspensi deflokulasi :
a. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
b.Sedimentasi terjadi lambat, masing-masing partikel mengenap terpisah dan ukuran partikel minimal.
c. Sedimen terjadi lambat.
d. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi kembali
e. Bentuk
suspensi lebih baik karena zat tersupensi dalam waktu relatif lama dan
terlihat bahwa endapan dan cairan bagian atas berkabut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar