PENDAHULUAN
A. Definisi
Salep mata adalah salep yang digunakan
pada mata. Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus.
Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan
aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas (Anonim, 1995,
hal : 12).
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Anief, 2000) hal 110.
Obat
biasanya dipakai untuk mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan
bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering
digunakan adalah larutan dalam air, tapi bisa juga dalam bentuk suspensi, cairan bukan air dan salep mata. Berbeda dengan salep dermatologi salep mata yang baik yaitu :
1. Steril
2. Bebas hama/bakteri
3. Tidak mengiritasi mata
4. Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata.
5. Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh (Ansel,1989) hal 562
Obat salep mata harus steril berisi zat antimikrobial preservative, antioksidan, dan stabilizer. Menurut USP XXV, salep berisi chlorobutanol sebagai antimikrobial dan perlu bebas bahan partikel
yang dapat mengiritasi dan membahayakan jaringan mata. Sebaliknya, dari
EP (2001) dan BP (2001) ada batasan ukuran partikel, yaitu setiap 10
mikrogram zat aktif tidak boleh mengandung atau mempunyai partikel >
90 nm, tidak boleh lebih dari 2 partikel > 50nm, dan tidak boleh
lebih dari 20,25 nm (Lukas, 2006).
B. Keuntungan dan kerugian
Sediaan
mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada
sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena
waktu kontak yang lebih lama
sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Salep mata dapat
mengganggu penglihatan, kecuali jika digunakan saat akan tidur
(Remington Pharmaceutical Science, hal.1585).
C. Basis salep mata
Dasar
salep pilihan untuk salep mata harus tidak mengiritasi mata dan harus
memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi
karena sekresi cairan mata. Dasar salep mata yang digunakan juga harus
bertitik lebur yang mendakati suhu tubuh. Dalam beberapa hal campuran
dari petroletum dan cairan petrolatum (minyak mineral)
dimanfaatkan sebagai dasar salep mata. Kadang-kadang zat yang bercampur
dengan air seprti lanolin ditambahkan kedalamnya. Hal in memungkinkan
air dan obat yang tidak larut dalam air bartahan selama sistem
penyampaian (Ansel,1989) hal 562.
Oculenta, sebagai bahan dasar salep
mata sering mengandung vaselin, dasar absorpsi atau dasar salep larut
air. Semua bahan yang dipakai untuk salep mata harus halus, tidak enak
dalam mata. Salep mata terutama untuk mata yang luka. Harus steril dan
diperlukan syarat-syarat yang lebih teliti maka harus dibuat saksama.
Syarat oculenta adalah:
1. Tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar.
2. Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi kemungkinan obat tersebar dengan perantaraan air mata.
3. Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan.
4. Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril (Anief, 2000, hal: 117).
D. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyediakan Sediaan Salep Mata
1.
Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan
aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan
tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan
cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji
sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus memenuhi
persyaratan uji sterilitas. Sterilitas akhir salep mata dalam tube
biasanya dilakukan dengan radiasi sinar γ. (Remingthon pharmauceutical
hal. 1585).
2. Kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan melakukan pembuatan uji dibawah LAF.
3.
Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk
mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secar
tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan. Kecuali
dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat
bakteriostatik (lihat bahan tambahan seperti yang terdapat pada uji
salep mata.
Zat anti mikroba yang dapat digunakan :
• Klorbutanol dengan konsentrasi 0.5 % (Pharmaceutical exipient, 2006)
• Paraben
• Benzalkonium klorida dengan konsentrasi 0,01 – 0,02 % (Salvatore Turco et al, 1974).
4.
Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan
penutupan. Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk
menjamin sterilitas pada pemakaian pertama.
Wadah salep mata
kebanyakan menggunakan tube, tube dengan rendahnya luas permukaan jalan
keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaianya sampai
tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga memberikan perlindungan
tehadap cahaya yang baik. Pada tube yang terbuat dari seng, sering
terjadi beberapa peristiwa tak tersatukan. Sebagai contoh dari peristiwa
tak tersatukan telah dibuktikan oleh garam perak dan garam airaksa,
lidocain (korosi) dan sediaan skopolamoin yang mengandung air (warna
hitam). Oleh karena itu akan menguntungkan jika menggunakan tube yang
sebagian dalamnya dilapisi lak.
Pada pembuatan tube yang tidak tepat
harus diperhitungkan adanya serpihan – serpihan logam. Waktu penyimpanan
tidak hanya tergantung dari stabilitas kimia bahan obat yang
digabungkan, tetapi juga dari kemungkinan terjadinya pertumbuhan
partikel dalam interval waktu tertentu mutlak diperlukan. Jadi dalam
setiap hal, selalu diutamakan pembuatan salep mata secara segar.
ISI
A. Formulasi
1. Formula Standar
Tiap gram mengandung :
R/ Chloramfenicolum 10mg
Oculentum Simplek ad 1g (Anonim, 1978) hal 66
2. Formula Alternatif
Tiap 10 gram salep mengandung :
R/ Chloramfenikol 100mg
Setil alkohol 2,5%
Adeps lanae 6%
Parafin Cair 40%
Vaselin Kuning ad 10g
Kloramfenikol
merupakan zat aktif yang berkhasiat sebagai antibiotik, vaselin, setil
alkohol, adeps lanae, dan parafin cair merupakan basis salep yang sering
digunakan. Persentasi yang tertera dalam komposisi merupakan ketentuan
yang sudah ditetapkan dalam farmakope.
B. Pemerian Bahan.
• Kloramfenikol
Mengandung tidak kurang dari 97% dan tidak lebih dari 103% C11H12CL2N2O5
Pemerian
hablur halus membentuk jarumatau lempeng memanjang, putih hingga putih
kelabu atau putih kekuningan, larutan praktis netral terhadap lakmus
stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam. Sukar larut dalm air
dan mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol, dalam aseton dan
dalam etil asetat.simpan dalam wadah tertutup rapat (Anonim, 1979) hal
143
• Adeps Lanae
Pemerian massa seperti lemak, lengket, warna
kuning, bau khas. Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air,
agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas,
mudah larut dalam eter dan kloroform.simpan dalam wadah tertutup baik,
sebaiknya pada suhu kamar terkendali (Anonim,1979) hal 61
• Parafin
Pemerian
hablur tembus cahaya, atau agak buram, tidak berwarna atau putih, tidak
berbau, tidak berasa,agak berminyak. Tidak larut dalam air, dan dalam
etanol, mudah larut dalam kloroform, dalam eter, minyak menguap, dan
dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat, sukar larut dalam etanol
mutlak. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan terhadap
panas berlebih (Anonim,1995) hal 625
C. Prosedur Kerja & IPC
1. Secara Umum
Penimbangan
Fase Air Fase Minyak
Pencampuran Bahan-bahan peleburan bahan-bahan
Penyaringan Pencampuran bahan-bahan
Pencampuran Fase Air Dan Fase minyak
Homogenisasi, Pendinginan Dan pemvakuman
IPC
Organoleptis
Kadar zat aktif
pH
BJ
Viskositas
Pengisian dalam Tube (Tube filling)
Cek IPC : Penampilan,kontrol bobot,dan penandaan
Pengemasan sekunder
IPC
Penampilan
Kelengkapan
Penandaan
Gudang
Obat jadi
2. Cara kerja pembuatan salep mata kloramfenikol
Timbang semua bahan yang diperlukan
↓
Alat – alat gelas termasuk mortir dan stemper di sterilisasi di autoklaf 30’
↓
Adeps lanae,parafin cair,basis,setil alkohol di oven selama 15’
Dan kloramfenikol di sinar UV 15’
↓
Mortir & stemper yand dari autoklaf di dinginkan dahulu(hangat)
↓
Masukan setil alkohol+adeps lanae+parafin cair dan vaselin flavum secara berurutan→mortir
↓
Aduk cepat ad homogen,terakhir masukan kloramfenikol aduk ad homogen
↓
Salep dimasukan ke dalam pot
↓
Evaluasi
3. skala industri
Tes sterilisasi awal
Sterilisasi terminal dari salep
Filtrasi agar jenih
Pengerjaan penampilan
Penggunaan LAF
Uji stabilitas obat
Tonisitas
Viscositas
Pengemasan
D. Evaluasi dan validasi
pH
oleskan salep pada kertas pH meter
↓
Amati perubahan pH pada kertas pH meter Universal
Homogenitas
oleskan salep pada kaca arloji
↓
Amati ada atau tidak butiran atau partikel
Konsistensi
Salep yang dihasilkan
Amati secara visual
Terbentuk massa salep/tidak
Bobot salep
Salep yang dihasilkan
Timbang
Bobot sesuai/tdk
E. Release pasar
• Indikasi : infeksi pada mata seperti takoma, blefaritis, keratitis, konjungtivitis
• Efek samping : iritasi lokal, rasa gatal,reaksi hipersensitifitas, anemia aplasia, nyeri kepala, delirium.
• Kontraindikasi : Hipersensitifitas untuk penggunaan sistemik dan adanya riwayat toksisitas terhadap kloramfenikol
•
Dosis dan cara pakai : 3 – 4 kali seharidioleskan pada mata yang sakit,
setidaknya pemakaian diteruskan 48 jam sesudah bagian yang sakit
kembali normal
• Interaksi obat : antiepilepsi, siklosforin, simetidin, kontrasepsi oral dan parasetamol
• No.Reg : DKL 0932300831 A1
• No.Bacth : 25640
• Exp. Date : April 2012
TIPS CARA PENGGUNAAN OBAT - Tetes & Salep Mata
1. Cucilah tangan anda.
2. Jangan menyentuh ujung tube salep.
3. Tengadahkan kepala sedikit miring ke belakang.
4.
Pegang tube salep dengan satu tangan dan tariklah pelupuk mata yang
sakit ke arah bawah dengan tangan yang lain sehingga akan membentuk
“kantung”.
5. Dekatkan ujung tube salep sedekat mungkin dengan “kantung” tanpa menyentuhnya (lihat gambar).
6. Bubuhkan salep sesuai dengan yang tertulis di etiket.
7. Pejamkan mata selama 2 menit.
8. Bersihkan salep yang berlebih dengan tissue.
9. Bersihkan ujung tube dengan tissue lain
Sumber : http://salepmata.blogspot.com/
https;//alyarafakalila.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar