Selasa, 11 Maret 2014

Jenis-jenis Narkoba

JENIS-JENIS NARKOBA

Jenis-jenis Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya yang telah populer beredar dimasyarakat perkotaan maupun di pedesaan, termasuk bagi aparat hukum. Sebenarnya dahulu kala masyarakat juga mengenal istilah madat sebagai sebutan untuk candu atau opium, suatu golongan narkotika yang berasal dari getah kuncup bunga tanaman Poppy yang banyak tumbuh di sekitar Thailand, Myanmar dan Laos (The Golden Triangle) maupun di Pakistan dan Afganistan.
Selain Narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan RI adalah NAPZA yaitu singkatan dari Narkotika, Pasikotropika dan Zat adiktif lainnya. Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu kecanduan (adiksi).
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika.
Golongan Psikotropika adalah zat atau obat baik alami maupun sintetis namun bukan Narkotika yang berkhasiat aktif terhadap kejiwaan (psikoaktif) melalui pengaruhnya pada susunan syaraf pusat sehingga menimbulkan perubahaan tertentu pada aktivitas mental dan perilaku.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang akan menyebabkan perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi).
Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan adalah morfin, heroin (putauw), petidin, termasuk ganja atau kanabis, mariyuana, hashis dan kokain.
Sedangkan jenis Psikotropika yang sering disalahgunakan adalah amfetamin, ekstasi, shabu, obat penenang seperti mogadon, rohypnol, dumolid, lexotan, pil koplo, BK, termasuk LSD, Mushroom.
Zat adiktif lainnya disini adalah bahan/zat bukan Narkotika & Psikotropika seperti alkohol/etanol atau metanol, tembakau, gas yang dihirup (inhalansia) maupun zat pelarut (solven).
Sering kali pemakaian rokok dan alkohol terutama pada kelompok remaja (usia 14-20 tahun) harus diwaspadai orangtua karena umumnya pemakaian kedua zat tersebut cenderung menjadi pintu masuk penyalahgunaan Narkoba lain yang lebih berbahaya (Putauw).
OPIAT atau Opium (candu)opium
Merupakan golongan Narkotika alami yang sering digunakan dengan cara dihisap (inhalasi).
  • Menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation)
  • Menimbulkan semangat
  • Merasa waktu berjalan lambat.
  • Pusing, kehilangan keseimbangan/mabuk.
  • Merasa rangsang birahi meningkat (hambatan seksual hilang).
  • Timbul masalah kulit di sekitar mulut dan hidung.

MORFIN
Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui pengolahan secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah (intravena)
  • Menimbulkan euforia.
  • Mual, muntah, sulit buang hajat besar (konstipasi).
  • Kebingungan (konfusi).
  • Berkeringat.
  • Dapat menyebabkan pingsan, jantung berdebar-debar.
  • Gelisah dan perubahan suasana hati.
  • Mulut kering dan warna muka berubah.

HEROIN atau Putaw
Merupakan golongan narkotika semisintetis yang dihasilkan atas pengolahan morfin secara kimiawi melalui 4 tahapan sehingga diperoleh heroin paling murni berkadar 80% hingga 99%. Heroin murni berbentuk bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan (street heroin). Zat ini sangat mudah menembus otak sehingga bereaksi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri. Umumnya digunakan dengan cara disuntik atau dihisap.
Timbul rasa kesibukan yang sangat cepat/rushing sensastion (± 30-60 detik) diikuti rasa menyenangkan seperti mimpi yang penuh kedamaian dan kepuasan atau ketenangan hati (euforia). Ingin selalu menyendiri untuk menikmatinya.
  • Denyut nadi melambat.
  • Tekanan darah menurun.
  • Otot-otot menjadi lemas/relaks.
  • Diafragma mata (pupil) mengecil (pin point).
  • Mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri.
  • Membentuk dunia sendiri (dissosial) : tidak bersahabat.
  • Penyimpangan perilaku : berbohong, menipu, mencuri, kriminal.
  • Ketergantungan dapat terjadi dalam beberapa hari.
  • Efek samping timbul kesulitan dorongan seksual, kesulitan membuang hajat besar, jantung berdebar-debar, kemerahan dan gatal di sekitar hidung, timbul gangguan kebiasaan tidur.
Jika sudah toleransi, semakin mudah depresi dan marah sedangkan efek euforia semakin ringan atau singkat
GANJA atau kanabis
Berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman ini terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidrokanabinol, kanabinol dan kanabidiol. Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
  • Denyut jantung atau nadi lebih cepat.
  • Mulut dan tenggorokan kering.
  • Merasa lebih santai, banyak bicara dan bergembira.
  • Sulit mengingat sesuatu kejadian.
  • Kesulitan kinerja yang membutuhkan konsentrasi, reaksi yang cepat dan koordinasi.
  • Kadang-kadang menjadi agresif bahkan kekerasan.
  • Bilamana pemakaian dihentikan dapat diikuti dengan sakit kepala, mual yang berkepanjangan, rasa letih/capek.
  • Gangguan kebiasaan tidur.
  • Sensitif dan gelisah.
  • Berkeringat.
  • Berfantasi.
  • Selera makan bertambah.
LSD atau lysergic acid atau acid, trips, tabs
Termasuk sebagai golongan halusinogen (membuat khayalan) yang biasa diperoleh dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar ¼ perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil atau kapsul. Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam.
  • Timbul rasa yang disebut Tripping yaitu seperti halusinasi tempat, warna dan waktu.
  • Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu hingga timbul obsesi terhadap yang dirasakan dan ingin hanyut di dalamnya.
  • Menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama kelamaan membuat perasaan khawatir yang berlebihan (paranoid).
  • Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
  • Diafragma mata melebar dan demam.
  • Disorientasi.
  • Depresi.
  • Pusing
  • Panik dan rasa takut berlebihan.
  • Flashback (mengingat masa lalu) selama beberapa minggu atau bulan kemudian.
  • Gangguan persepsi seperti merasa kurus atau kehilangan berat badan.
KOKAIN
Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan bentuk basa (free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan rasanya pahit. Nama jalanan kadang disebut koka, coke, happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih. Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda yang mempunyai permukaan datar. Kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas. Cara lain adalah dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Menghirup kokain berisiko luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.
  • Menimbulkan keriangan, kegembiraan yang berlebihan (ecstasy).
  • Hasutan (agitasi), kegelisahan, kewaspadaan dan dorongan seks.
  • Penggunaan jangka panjang mengurangi berat badan.
  • Timbul masalah kulit.
  • Kejang-kejang, kesulitan bernafas.
  • Sering mengeluarkan dahak atau lendir.
  • Merokok kokain merusak paru (emfisema).
  • Memperlambat pencernaan dan menutupi selera makan.
  • Paranoid.
  • Merasa seperti ada kutu yang merambat di atas kulit (cocaine bugs).
  • Gangguan penglihatan (snow light).
  • Kebingungan (konfusi).
  • Bicara seperti menelan (slurred speech).
AMFETAMINNama generik/turunan amfetamin adalah D-pseudo epinefrin yang pertama kali disintesis pada tahun 1887 dan dipasarkan tahun 1932 sebagai pengurang sumbatan hidung (dekongestan). Berupa bubuk warna putih dan keabu-abuan. Ada 2 jenis amfetamin yaitu MDMA (metil dioksi metamfetamin) dikenal dengan nama ectacy. Nama lain fantacy pils, inex. Metamfetamin bekerja lebih lama dibanding MDMA (dapat mencapai 12 jam) dan efek halusinasinya lebih kuat. Nama lainnya shabu, SS, ice. Cara penggunaan dalam bentuk pil diminum. Dalam bentuk kristal dibakar dengan menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap melalui hidung, atau dibakar dengan memakai botol kaca yang dirancang khusus (bong). Dalam bentuk kristal yang dilarutkan dapat juga melalui suntikan ke dalam pembuluh darah (intravena).
  • Jantung terasa sangat berdebar-debar (heart thumps).
  • Suhu badan naik/demam.
  • Tidak bisa tidur.
  • Merasa sangat bergembira (euforia).
  • Menimbulkan hasutan (agitasi).
  • Banyak bicara (talkativeness).
  • Menjadi lebih berani/agresif.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Mulut kering dan merasa haus.
  • Berkeringat.
  • Tekanan darah meningkat.
  • Mual dan merasa sakit.
  • Sakit kepala, pusing, tremor/gemetar.
  • Timbul rasa letih, takut dan depresi dalam beberapa hari.
  • Gigi rapuh, gusi menyusut karena kekurangan kalsium.
SEDATIF-HIPNOTIK (Benzodiazepin/BDZ)
Sedatif (obat penenang) dan hipnotikum (obat tidur). Nama jalanan BDZ antara lain BK, Lexo, MG, Rohip, Dum. Cara pemakaian BDZ dapat diminum, disuntik intravena, dan melalui dubur. Ada yang minum BDZ mencapai lebih dari 30 tablet sekaligus. Dosis mematikan/letal tidak diketahui dengan pasti. Bila BDZ dicampur dengan zat lain seperti alkohol, putauw bisa berakibat fatal karena menekan sistem pusat pernafasan. Umumnya dokter memberi obat ini untuk mengatasi kecemasan atau panik serta pengaruh tidur sebagai efek utamanya, misalnya aprazolam/Xanax/Alviz.
  • Akan mengurangi pengendalian diri dan pengambilan keputusan.
  • Menjadi sangat acuh atau tidak peduli dan bila disuntik akan menambah risiko terinfeksi HIV/AIDS dan hepatitis B & C akibat pemakaian jarum bersama.
Obat tidur/hipnotikum terutama golongan barbiturat dapat disalahgunakan misalnya seconal.
  • Terjadi gangguan konsentrasi dan keterampilan yang berkepanjangan.
  • Menghilangkan kekhawatiran dan ketegangan (tension).
  • Perilaku aneh atau menunjukkan tanda kebingungan proses berpikir.
  • Nampak bahagia dan santai.
  • Bicara seperti sambil menelan (slurred speech).
  • Jalan sempoyongan.
  • Tidak bisa memberi pendapat dengan baik.
ALKOHOL
Merupakan suatu zat yang paling sering disalahgunakan manusia. Alkohol diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15% tetapi dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alkohol/etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan tubuh. Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia, namun dengan penurunannya orang tersebut menjadi depresi.
Dikenal 3 golongan minuman berakohol yaitu golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir), golongan B; kadar etanol 5%-20% (minuman anggur/wine) dan golongan C; kadar etanol 20%-45% (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput).
Pada umumnya alkohol :
  • Akan menghilangkan perasaan yang menghambat atau merintangi.
  • Merasa lebih tegar berhubungan secara sosial (tidak menemui masalah).
  • Merasa senang dan banyak tertawa.
  • Menimbulkan kebingungan.
  • Tidak mampu berjalan.
INHALANSIA atau SOLVEN
Adalah uap bahan yang mudah menguap yang dihirup. Contohnya aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tinner, uap bensin.Umumnya digunakan oleh anak di bawah umur atau golongan kurang mampu/anak jalanan. Penggunaan menahun toluen yang terdapat pada lem dapat menimbulkan kerusakan fungsi kecerdasan otak.
  • Pada mulanya merasa sedikit terangsang.
  • Dapat menghilangkan pengendalian diri atau fungsi hambatan.
  • Bernafas menjadi lambat dan sulit.
  • Tidak mampu membuat keputusan.
  • Terlihat mabuk dan jalan sempoyongan.
  • Mual, batuk dan bersin-bersin.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Halusinasi.
  • Perilaku menjadi agresif/berani atau bahkan kekerasan.
  • Bisa terjadi henti jantung (cardiac arrest).
  • Pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan syaraf otak menetap, keletihan otot, gangguan irama jantung, radang selaput mata, kerusakan hati dan ginjal dan gangguan pada darah dan sumsum tulang. Terjadi kemerahan yang menetap di sekitar hidung dan tenggorokan.
  • Dapat terjadi kecelakaan yang menyebabkan kematian di antaranya karena jatuh, kebakar, tenggelam yang umumnya akibat intoksikasi/keracunan dan sering sendirian. bat intoksikasi/keracunan dan sering sendirian.
Sumber : http://bomberpipitpipit.wordpress.com/jenis-jenis-narkoba/
https://alyarafakalila.blogspot.com

AntiVirus

ANTI VIRUS FARMAKOLOGI

Anti Virus
1. Pendahuluan
Selama bertahun-tahun terdapat anggapan bahwa sangatlah sulit untuk mendapatkan kemoterapi antivirus dengan selektivitas yang tinggi. Siklus replikasi virus yang dianggap sangat mirip dengan metabolisme normal manusia menyebabkan setiap usaha untuk menekan reproduksi virus juga dapat membahayakan sel yang terinfeksi. Bersamaan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengertian yang lebih dalam mengenai tahap-tahap spesifik dalam replikasi virus sebaga target kemoterapi anti virus, semakin jelas bahwa kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai dan reproduksi virus dapat ditekan dengan efek yang minimal pada sel hospes.
Siklus replikasi virus secara garis besar dapat dibagi menjadi 10 langkah :adsorpsi virus ke sel (pengikatan, attachment), penetrasi virus ke sel, uncoating (dekapsidasi), transkripsi tahap awal, translasi tahap awal, replikasi genom virus, transkripsi tahap akhir, assembly virus da penglepasan virus. HIV juga mengalami tahapn-tahapan diatas dengan bebrapa modifikasi yaitu pada transkripsi awal (tahap 4) yang digati dengan reverse transcription ; translasi awal (tahap 5) diganti dengan integrasi ; dan tahap akhir (assembly dan peglepasan) terjadi bersamaan sebagai proses “budding” dan diikuti dengan maturasi virus. Semua tahap ini dapat menjadi target intervensi kemoterapi. Selain daripada tahapan yang spesifik pada replikasi virus, ada sejumlah enzim hospes dan proses-proses yang melibatkan sel hospes yang berperan dalam sintesis protein virus. Semua proses ini juga dapat dipertimbangkan sebagai target kemoterapi antivirus
2. PEMBAHASAN OBAT ANTIVIRUS
Empat golongan besar ativirus yang akan dibahas dalam dua bagian besar yaitu pembahasan mengenai antinonretrovirus dan antiretrovirus. Klasifikasi pembahasan obat antivirus dalam bab ini dapat dilihat pada skema di bawah ini :








Sedangakn tempat kerja utama obat pada replikasi virus dapat kita lihat pada skema di bawah ini :
















ANTI NONRETROVIRUS
2.1.1. ANTI VIRUS UNTUK HERPES
Obat-obat yang aktif terhadap virus herpes umumnya merupakan antimebolit yang mengalami bioktivasi melalui enzim kinase sel hospes atau virus untuk membentuk senyawa yang dapat menghambat DNA polimerase virus. Gambaran mekanisme kerja obat-obat antimetabolit (analog purin dan pirimidin) dapat dilihat pada skema di bawah ini :












Ansiklovir dimetabolisme oleh enzim kinase virus menjadi senyawa intermediet. Senyawa intermediet asiklovir (dan obat-obat seperti idoksuridin, sitarabin, vidarabin dan zidovudin) dimetabolisme lebih lanjut oleh enzim kinase sel hospes menjadi analog nukleotida, yang bekerja menghambat replikasi virus
1) ASIKLOVIR
Adapun mekanisme kerja asiklovir yaitu :










Mekanisme Kerja
Asiklovir bekerja pada DNA polimerase virus, seperti DNA polimerase virus herpes. Sebelum dapat meghambat sintesis DNA virus, asiklovir harus mengalami fosfolirasi intraseluler, dalam tiga tahap unutk menjadi bentuk tifosfat. Fosfolirasi intraseluler, dalam tiga tahap untuk menjadi bentuk trifosfat. Fosfolirasi pertama dikatalisis oleh timidin kinase virus, proses selanjutnya berlagsung dalam sel yang terinfeksi virus
Resistensi
Resistensi terhadap asilovir disebabkan oleh mutasi pada gen timidin kinase virus atau pada gen timidin kinase virus atau pada gen DNA polimerase
Indikasi
Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik (termasuk keratitis herpetik, herpetik ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal dan herpeslabialis) dan infeksi VZV (Varisel dan herpes Zoster).
Dosis
Untuk herpes genital ialah 5 kali sehari 200 mg tablet, sedangkan untuk herpes zoster ialah 4x 400 mg sehari. Penggunaan topikal untuk keratitis herpetik adalah dalam bentuk krim ophtalmic 3% dan krim 5% untuk herpes labialis
Efek samping
Asiklovir pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir topikal dalam pembawa polietilen glikol dapat menyebabkan iritasi mukosan dan rasa bakar yang sifatnya sementara jika dipakai pada luka genitalia. Asiklovir oral, walaupun jarang, dapat menyebabkan insufisiensi renal dan neurotoksitas
2) VALASIKLOVIR
Merupakan ester L-valil dari asiklovir dan hanya terdapat dalam formulasi oral. Setelah ditelan, valasiklovir dengan cepat diubah menjadi asiklovir melalui enzim valasiklovir hidrolase di saluran cerna dan di hati
Farmakokinetik
Bioavailabilitas oralnya 3 hingga 5 kali asiklovir (54%) dan waktu paruh eliminasinya 2-3 jam. Waktu paruh intraselnya, 1-2 jam. Kurang dari 1% dari dosis varasiklovir ditemukan diurin, selebihnya dieliminasi sebagai asiklovir.
Mekanisme kerja dan resistensi
Sama dengan asiklovir
Indikasi
Varasiklovir terbukti efektif dalam terapi infeksi yang disebabkan oleh virus herpes simplex, virus varisela-zoster dan sebagai profilaksis terhadap penyakit yang disebabkan sitomegalo virus.
Sediaan dan dosis
Untuk herpes genital peroral 2x sehari500 mgtablet selam 10 hari. Untuk herpes zoster 3x sehari 2 tablet 500 mg selama 7 hari
Efek samping
Sama dengan asiklovir. Pernah terdapat laporan varasiklovir menyebabkan mikroangiopati trombotik pada pasien imunosupresi yang menerima berbagai macam obat.
3) GANSIKLOVIR
Berbeda dengan asiklovir akan tetapi metabolisme dan mekanisme kerjanya sama dengan asiklovir yang sedikit berbeda adalah pada gangsiklovir terdapat karbon 3” dengan gugus hidroksil
Mekanisme kerja
Gangsiklovir diubah menjadi gansiklovir monofosfat oleh enzim fosfotranssilase yang dihasilkan sel yang terinfeksi sitomegalovirus. Gansiklovir monofosfat merupakan substrat fosfotransfirase yang lebih baik dibandingkan dengan asiklovir. Waktu paruh eliminasi gansiklivir trifosfat sedikitnya 12 jam sedangkan asiklovir hanya 1-2 jam
Resistensi
Penurunan fosfolirasi gansiklvir karena mutasi pada fosfotransferase virus yang dikode oleh gen UL97 atau karena mutasi pada DNA polimerase virus
Indikasi
Infeksi CMV, terutama CMV retinitis pada pasien imunocompromised (misalnya AIDS), baik untuk terapi atau pencegahan
Sediaan dan dosis
Untuk induksi diberikan IV 10mg/kg/hari (2x5mg/kg, setiap 12 jam) selama 14-21 hari, lanjutkan dengan pemberian maintenance peproral 3000 mg/hari (3x sehari 4 kapsul@ 250mg).
Efek samping
Mielosupresi dapat terjadi pada terapi dengan gansiklovir.
Neitropenia terjadi pada 15-40% pasien dan trombosit topenia terjaadi pada 5-20%.
Zidovudin dan obat sitotoksik lain dapat meningkatkan resiko mieloktosisitas gangsiklofir. Obat-obat nefrotoksik dapat menggangu ekskresi gangsiklovir. Robenesid dan aiklovir dapat mengurangi klirens renal gansiklovir
4) VALGANSIKLOVIR
Merupakan ester :L-faline
Mekanisme kerja dan resistensi
Sama dengan gansiklovir
Indikasi
Infeksi CMV. Valgansiklovir oral merupakan sediaan yang diharapkan dapat menggantikan gansiklovir IV dalam terapi dan pencegahan infeksi CMV
Dosis
Untuk induksi diberikan peroral 2x 900 mg/hari (2 tablet 450 mg/hari) selama 21 hari, dilanjutkan dengan terpai maintenance 1x 900 mg/hari. Dosis harus dikurangi pada pasien dengan gangguan ginjal
Efek samping
Sama dengan gangsiklovir. Laporan efek samping lain yang terjadi dengan terapi valgansiklovir adalah sakitt kepala dan gangguan gastrointestinal
5) PENSIKLOVIR
Struktur kimia pensiklovir mirip dengan gansiklovir. Metabolisme dan mekanisme kerjanya sama dengan asiklovir, namun perbedaannya, pensiklovir bukan DNA-chain terminator obligat
Mekanisme kerja
Pada prisnsipnya sama dengan asiklovir
Resistensi
Resistensi pada pensiklovir disebabkan oleh mutasi pada timidin kinase atau dengan DNA polimearase virus. Kejadian resistensi selama pemakaian klinis sangat jarang. Virus herpes yang resistens terhadap asiklovir juga resisten terhadap pensiklovir
Indikasi
Infeksi herpes simplex mukokutan, khususnya herpes labialis recurent (cold sores)
Dosis
Diberikan secara topukal dalam bentuk 1% krim.
Efek samping
Reaksi lokal pada tempat aplikasi, namun jarang terjadi
6) FAMSIKLOVIR
Mekanisme kerja
Famsiklofir merupakan prodrug pensiklovir. Famsiklovir diubah melalui proses hirolisis pada 2 gugus asetilnya dan oksidasi pada posisi 6-, kemudian bekerja seperti pada pensiklovir.
Resistensi
Sama dengan pensiklovir
Indikasi utama
HSV-1, HSV-2, dan VZV
Dosis
Peroral 750 mg perhari (250 mg tablet setiap 8 jam, 3x sehari) dan 1500 mg/hari (500 mg setiap 8 jam)
Efek samping
Umumnya dapat ditolerasi degan baik, namun dapat juga menyebabkan sakiat kepala, diare dan mual. Urtikaria, ruam sering terjadi pada pasien lansia. Pernah juga terdapat laporan halusiansi dan konfusional state (kebingungan).
7) FOSKARNET
Mekanisme kerja
Obat ini membentuk kompleks dengan DNA polimerase virus pada tempat ikatan pirofosfat, mencegah pecahnya pirofosfat dari nukleosida trifosfat dan akan menghambat proses pemanjangan primer-template
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada DNA polimerase virus.
Indikasi
Retinitis CMV pada pasien AIDS, infeksi herpes mukokutan yang resisten terhadap asiklovir (devisiensi timidin kinase virus) serta infeksi HSV dan VZV pada pasien imunocompromise
Dosis
Obat ini tersedia dalam bentuk larutan untuk pemberian IV dengan kadar 24 mg/ml dalam botol berisi 250 dan 500 ml.
Efeks sampimg
Nefrotoksisitas dan hipokalsemia simptomatik
8) IDOKSURIDIN
Mekanisme kerja dan resistensi
Mekanisme anti virus idoksuridin berlum sepenuhnya dapat dipahami namun derivat idoksuridin yang telah mengalami fosforilasi dapat mengganggu bebagai sistem enzim
Indikasi
HSV keratitis
Dosis
Diberikan secara topikal dalam bentuk tetes mata (0,1%)
Efek sampig
Nyeri, pruritus, inflamasi atau edeme pada mata atau kelopak mata. Reaksi alergi jarang terjadi
9) TRIFLURIDIN
Mekanisme kerja dan resistensi
Trifluridin monofosfat menghambat timidilat sinteta sesecara irreversible dan trifudin trifosfat merupakan penghambat kompotettif dari trimidin trifosfat yang akan bergabung ke DNA oleh DNA polimerase
Indikasi
HSV keratitits
Dosis
Tetes mata topikal (1%)
Efek samping
Merasa tidak nyaman saat penetesan obat dan edeme palpebra.. jarang terjadi reaksi hipersensivitas, iritasi, keratitis, punctata superfisial dan keratopati epitel

10) BRIVUDIN
Mekanisme kerja
Brivudin (setelah mengalami fosforilasi intraseluler) bekerja sebagai penghambat kompotititf DNA polimerase virus. Brivudin juga bekerhja sebagai substrat alternatif dan bergabung pada DNA virus, yang menyebabkan penurunan integritas dan fungsi DNA virus
Indikasi
Infeksi HSV-1 dan VZV,terutama herpes zozter
Dosis
Terapi herpes zozter 125 mg/ hari, 1x sehari
11) SIDOFOVIR
Mekanisme kerja
Menghambat sintesis DNA virus dengan cara memperlambat dan akhirnya menghentikan perpanjangan rantai.
Resistensi
mutasi pada DNA polimerase virus. Isolat CMV yang sangat resisten terhadap gangsiklovir (mutasi pada gen UL-97 kinase dan DNA polimerase) juga resisten terhadap sidofovir
Indikasi
CMV retinitis pada pasien AIDS. Sidofovir juga efektif untuk terapi HSV yang resisten terhadap asiklovir, herpes genitalia rekuren, CIN-III, lesi-papiloma laring dan kutan, lesimoluskum contangiosum, infeksi adenovirus dan PML
Dosis
Diberikan secara intavena 5 mg/kg /minggu selama 2 minggu pertama, kemudian 5 mg/kg setiap 2 minggu
Efek samping
Nefrotoksisitas merupakan efek samping terberat sidofovir intravena
12) FOMIVIRSEN
Mekanisme kerja
Merupakan komplemen terhadap sikuens mRNA unutk transkripsi awal CMV dan menghambat replikasi CMV melalui mekanisme yang sequence-specifik dan mekanisme non spesifik lainnya termasuk hambatan pengikatan virus ke sel
Indikasi
CMV retinitis pada pasien AIDS
Dosis
Obat ini tersedia dalam bentuk larutan, obat untuk suntikan intravitreal yang mengandung 0,25 ml dengan kadar 6,6 mg/ml. Berikan secara suntikan intravitreal 333 µg (0,05ml) setiap 2 minggu sebanyak 2 dosis, dilanjutkan dengan 1 dosis tiiap minggu,
Efek samping
Iritis terjadi pada 25% pasien, yang dapat diatasi dengan kortikosteroid topikal

2.1.2 ANTI VIRUS UNTUK INFLUENZA
1) AMANTADIN DAN RIMANTADIN
Memilki mekanisme kerja yang sama. Efikasi keduanya terbatas hanya terbatas pada influenza A saja
Mekanisme Kerja
Merupakan antivirus yang bekerja pada M2 virus, suatu kanal ion transmembran yang diaktifasi oleh ph
Resistens
Mutasi pada domain transmembran protein M2 virus menyebabkan resistensi virus terhadap amantadin dan rimantadin.
Farmakokinetik








Indikasi
Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A (amantadin juga diindikasikan untuk terapi penyakit parkinson)
Dosis
Amantadin dan rimantadin tersedia dalam bentuk tablet dan sirup untuk penggunaan oral

Resistensi
Resistensi terhadap amantadin dan rimantadin disebabkan oleh mutasi yang dapat mengubah asam amino pada kanal M2 virus
Efek samping
Gastrointestinal ringan yang terganatung dosis. Efek samping SSP seperti kegelisahan, kesulitan berkonsentrasi, insomnia, dan kehilangan nafsu makan

2) INHIBITOR NEURAMINIDASE (OSEL TAMIVIR, ZANAMIVIR)
Merupakan obat antivirus dengan mekanisme kerja yang sama terhadap virus influenza A dan B yang serupa
Mekanis kerja
Asam N-asetil neuraminat merupakan komponen mukoprotein pada sekresi respirasi; virus berikatan pada mukus, namun yan gmnyebabkan penetrasi virus kepermukaan sel adalah aktifitas enzim neuraminidase
Resistensi
Disebabkan adanya hambatan ikatan pada obat dan hambatan aktifitas enzim neuraminidase
Indikasi
Terapi dan pencegahan infeksi virus influensa A dan B
Dosis
Zamanivir diberikan perinhalasi dengan dosis 25 mg/hari (2x5mg, setiap 12 jam) selama 5 hari. Oseltamivir diberikan peroral dengan dosis 150 mg perhari (2x75 mg kapsul, setiap 12 jam) selam 15 hari
Efek samping
Umumnya zamanifir dapat ditoleransi dengan baik

3) RIBAVIRIN
Mekanisme kerja
Ribavirin merupakan analog guanosin yan gcincin purinnya tidak lengkap
Resistensi
Hingga saat ini belum ada catatan mengenai resistensi terhadap ribavirin
Spektrum aktifitas
Virus DNA dan RNA khususnya orthomyxovirus (ifluensa A dan B), paramyxovirus (cacar air) dan arenavirus (lasaa, junin, dll)
Indikasi
Terapi infeksi RSV pada bayi dengan risiko tingi
Dosis
Peroral dalam dosis 800-1200 mg/hari untuk terapi infeksi HCV; atau dalam bentuk aerosol (larutan 20 mg/mL).
Efek samping
Ribavirin aerosol dapat menyebabkan iritasi konjungtiva yan gringan, ruam yang bersifat sementara

2.1.3 ANTI VIRUS UNTUK HBV DAN HCV
1) LAMIVUDIN
Lamivudin bekerja dengan cara menhentikan sintesis DNA, secara kompetitif menghambat polimerase virus. Lamivudin tidak hanya aktif terhadap HBV saja namun juga terhadap varian precorelcore-promoter.
Resistensi
Resistensi terhadap lamivudin disebabkan oleh mutasi pada DNA polimerase virus
Farmakokinetik
Biovailabilitas oral lamivuddin adalah 80% C maax tercapai dalam 0,5-1,5 jam setelah pemberian dosis. Lamivudin didistribusikan secara luas dengan Vd setara dengan volume cairan tubuh. Waktu paruh plasmanya sekitar 9 jam dan sekitar 70% dosis diekskresikan dalam bentuk utuh di urin
]indikasi
Infeksi HBH
Dosis
Peroral 100 mg perhari (dewasar);untuk anak-anak 1 mg/kg
Efek samping
Obat ini umumnya dapat ditoleransikan dengan baik

2) ADEFOVIR
Mekanisme kerja dan resistensi
Adefovir merupakan penghambat replikasi HBV sangat kuat yang bekerja idak hanya sebagai DNA chain terminator , namun diduga juga meningkatkan aktifitas sel NK dan menginduksi produksi interferon endogen
Spectrum aktifitas
HBV, HIV dan retrovirus lain
Farmakokinetik
Adefovir sulit di absorbsi, namun bentuk dipivoxil prodrugnya diabsorbsi secara cepat dan metabolisme oleh esterase di mukosa usus menjadi adefovir dengan biovailabilitas sebesar 50%. Ikatan protein plasma dapat diabaikan Vd setara degnan cairan tubuh total. Waktu paruh eliminasi setelah pemberian oral adefovir, dipivoxil sekitar 5-7 jam. Adefovir dieliminasi dalam keadaan tidak berubah oleh ginajl melalui sekresi tubulus aktif
Indikasi
Infeksi HBV. Adefovir terbukti efektif dalam terapi ifeksi HBV yang resisten terhadap lamivudin
Dosis
Peroral dosis tinggal 10 mg/hari
Efek samping
Pada umumnya adefovir 10 mg/hari dapat ditoleransi dengan baik

3) ENTEKAVIR
Mekanisme kerja dan resistensi
Entekavir menalami fosforilasi menjadi bentuk trifosfat yang aktif, yang berperan sebagai kompetitor substrat natural(deoksiguanosin trifosfat) serta menghambat HBV polimerase.
Spectrum aktifitas
Entekavir aktif terhadap CMV, HSV1 dan 2 serta HBV
Farmakokinetik
Entekavir diabsorbsi baik peroral,Cmax tercapai antara 0,5-1,5 jam setelah pemberian, tergantung dosis. Entekavir dimetabolisme dalam jumlah kecil; dan merupakan substrat sistem sitokrom.T 1/2nya pada pasien dengan fungsi ginjal normal adalah 77-149 jam. Entekavir dieliminasi terutama lewat filtrasi glomerulus dan sekresi tubuh. Tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis pada pasien dengan penyakit hati sedang hingga perut
Indikasi
Infeksi HBV

Dosis
Peroral 0,5 mg/hari dalam keadaan perut kosong
Efek samping
Efek samping yang sering terjadi dalam studi klinis entekacir adalah sakit kepala, infeksi saluran nadaas ata, batuk, pusing, nyeri abdomen atas dan mual

4) INTERVERON
Mekanisme kerja
Virus dapat dihambat oleh interferon pada beberapa tahap, dan tahapan hambatannya berbeda pada tiap virus. Namun, bebrapa virus dapat juga melawan efek interveron dengan cara menghambat kerja protein tertentu yang diinduksi oleh interferon. Salah satunya adalah resistensi hepatitis C virus terhadap interferon yang disebabkan oleh hambatan aktifitas protein kinase oleh HCV
Farmakokinetik
Setelah pemberian intravena, konsentrasi plasma puncak dicapai dalam 30 menit. Setelah 4 hinggga 8 jam setelah infus, interferon tidak lagi terdeteksi dalam plasma karena mengalami klirens renal yang cepat. Setelah terapi interferon dihentikan, interferon akan dieliminasi dari tubuh dalam waktu 18-36 jam.
Indikasi
Infeksi kronik HBV, infeksi kronik HCV, sarkoma, kaposi pada pasien HIV, beberapa tipe malignansi dan multiple sclerosis
Dosis
Iinfeksi HBV
Infeksi HCV
Efek samping
efek samping yang paling umum timbul adalah symptoms, fatigue, leukopenia dan depresi

ANTIRETROVIRUS
NUCLEOSIDA REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBATOR
1) ZIDOVUDIN
Mekanisme kerja
Target zidovidin adalah enzim reverse transcriptase (RT) HIV zidovudine bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transcrip-tase virus, setelah gugus azidotimidin (AZT) pada zidovudine mengalami fosforilasi. Dan akan menghambat reaksi reverse transcriptase
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada enzim reverse trancriptase. Terdapat laporan resistensi silang dengan analognukleosida lainnya
Spektrum aktifitas
HIV (tipe1 dan2)
Indikasi
Infeksi HIV
Dosis
Zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg, tablet 300 mg dan sirup 5 mg/5 mL. Dosis peroral 600 mg perhari
Efek samping
Anemia, neutropenia, sakit kepala, mual
2) DIDANOSIN
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada reserve trancriptase
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV, terutama infeksi HIV tingkat lanjut
Dosis
Tablet dan kapsul salut enterik. Peroral 400 mg perhari dalam dosis tunggal atau terbagi
Efek samping
Diare, pankreatiitis, neuropati perifer

3) ZALSITABIN
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada reserve trancriptase. Dilaporkan ada resistensi silang dengan lamivudin
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV, terutama infeksi HIV tingkat lanjut yang tidak responsif terhadap zidovudin
Dosis
Diberikan peroral 2.25 mg perhari (satu tablet 0,75 mg setiap 8 jam)
Efek samping
Pankreatiitis, Neuropati perifer, stomatitis

4) STAVUDIN
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA
Resistensi
Virusdisebabkan oleh mutasi pada RT kodon 75 dan kodon 50
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV, terutama infeksi HIV tingkat lanjut, dikombinasikan dengan anti HIV lainnya
Dosis
Peroral 80 mg perhari (satu kapsul 40 mg setiap 12 jam)
Efek samping
Neuropati perifer, sakit kepala, mual dan ruam




5) LAMIVUDIN
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 184
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2) dan HBV
Indikasi
Infeksi HIV dan HBV
Dosis
Peroral 300 mg/hari (satu tablet 150 mg dua kali sehari. untuk terapi HIV, lamivudin dapat dikombinasikan dengan zidovudin atau dengan zidovudin dan abakavir
Efek samping
Asidosis laktat dan hepatomegali dengan steatosis. Efek samping lain adalah sakit kepala dan mual

6) EMTRISITABIN
Mekanisme kerja
Obat ini diubah ke bentuk trifosfat oleh enzim seluler. Mekanisme kerja selanjutnya sama dengan lamivudin
Resistensi
Terdapat laporan resistensi silang antara lamivudin dan emtrisitabin
Indikasi
Infeksi HIV dan HBV
Dosis
Peroral sekali sehari 200 mg kapsul
Efek samping
Nyeri abdomen dengan rasa keram, diare, kelemahan otot, sakit kepala, lipodistrofi, mual, rinitis, prutiyis dan ruam



7) ABAKAVIR
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 184, 65, 74, dan 115
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV
Dosis
Peroral 600 mg perhari (2 tablet 300 mg)
Efek samping
Mual muntah, diare, reaksi hipersensitif gangguan gastrointestinal

NUCLEOTIDE REVERSE TRACRIPTASE INHIBATOR (NtRTI)
TENOFOVIR DISOPROKSIL
Obat ini digunakan dalam kombinasi dengan obat antiretrovirus lainnya
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 65
Farmakokinetik







Spektrum aktifitas
Hiv (tipe 1 dan 2) serta berbagai retrovirus lainnya dan HBU

Indikasi
Infeksi HIV dengan efafirenz; tidak boleh dikombinasikan dengan lamivudin dan abakavir
Sediaan dan Dosis
Peroral sekali sehari 300 mg tablet
Efek samping
Mual, muntah, flatulens, diare

NON-NUCLEOSIDA REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBATOR (NHRTI)
1) NEVIRAPIN
Mekanisme kerja
Bekerja pada situs alosetrik tempat ikatan non-substrat HIV-1 RT
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT
Spektrum aktifitas
HIV tipe 1
Indikasi
Infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya, terutama NRTI
Dosis
Peroral 200 mg perhari selama 14 hari pertama (satu tablet 200 mg per hari), kemudian 400 mg per hari (dua kali 200 mg tablet)
Efek samping
Ruam, demam, fatigue, sakit kepala, somnolens, mual dan penongkatan enzim hati

2) DELAVIRDIN
Mekanisme kerja
Sama dengan nevirapim
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT. Tidak ada resistensi silang dengan nevirapin dan efavirenz
Spektrum aktifitas
HIV tipe 1
Indikasi
Indikasi HIV-1, dikombinasi dengan anti HIV lainnya, terutama NRTI
Dosis
Peroral 1200 mg perhari (2 tablet 200 mg 3 kali sehari) obat ini juga tersedia dalam bentuk tablet 100 mg
Efek samping
Ruam, peningkatan tes fungsi hari

3) AFAVIRENZ
Mekanisme kerja
Sama dengan nevirapin
Resistensi
Resistensi terhadap efavirens disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 100,179, dan 181
Spektrum aktifitas
HIV tipe 1
Indikasi
Infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya, terutama NRTI dan NtRTI
Dosis
peroral 600 mg perhari (sekali sehari tablet 600 mg, sebaliknya sebelum tidur untuk mengurangi efek samping SSPnya
Efek samping
Sakit kepala, pusing, mimpi buruk, sulit berkonsentrasi dan ruam


PROTEASE INHIBATOR (PI)
1) SAKUINAVER
Mekanisme kerja
Sakuinavir bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic inhibator
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada enzim protease terjadi resistensi silang dengan PI lainya
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV dalam kombinasi dengan anti HIV lain
Dosis
Peroral 3600 mg perhari atau 1800 mg per hari sama dengan makanan atau sampai dengan dua setelah makan lengkap
Efek samping
Diare, mual, nyeri abdomen

2) RITONAVIR
Mekanisme kerja
Sama dengan sakuinaver
Resistensi
Disebabkan oleh mutsi awal pada protease kodon B2
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainya
Dosis
Peroral 1200 mg perhari (6 kapsul 100 mg, dua kali sehari bersama dengan makanan
Efek samping
Mual, muntah, diare

3) IDINAVIR
Mekanisme kerja
Sama dengan sakuinavir
Spektrum aktifitas
HIV (tipe1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI
Dosis
Peroral 2400 mg perhari, obat ini tersedia dalam kapsul 100, 200, 333, dan 400 mg
Efek samping
Mual, batu ginjal

4) NELFINAVIR
Mekanisme kerja
Sama dengan sakuinavir
Resistensi
Disebabkan terutam oleh mutasi pada protease kodon 30
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV
Dosis
Peroral 2250 mg/hari bersama dengan makanan
Efek samping
Diare, mual, muntah

5) AMPRENAVIR
Mekanisme kerja
Sama dengan sakuinavir
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada protease kodon 50
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV
Dosis
Peroral 2400 mg/hari (8 kapsul 1500 mg 2kali sehari diberikan bersama atau tanpa makanan, tapi tidak boleh bersama dengan makanan
Efek samping
Mual, diare, ruam, peri oral/oral

6) LOPINAVIR
Mekanisme kerja
Sama dengan sakuinavir
Resistensi
Belum diketahui hingga saat ini
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV
Dosis
Peroral 1000 mg perhari (3 kapsul 166,6 mg 2 kali sehari) diberikan bersamaan dengan makanan
Efek samping
Mual, muntah, peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida, penigkatan y-GT

7) ATAZANAVIR
Mekanisme kerja
Sama dengan sakuinavir
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV
Dosis
Peroral 400 mg/hari bersama dengan makanan
Efek samping
Hiperbilirubinnemia, mual, perubahan EKG (jarang)


VIRAL ENTRY INHIBATOR
Enfurvirtid merupakan obat pertama yang masuk ke dala golongan viral entry inhibator. Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat fusi virus ke sel. Selain enfuvirtid; bisiklam saat ini sedang berada dalam studi klinis. Obat ini bekerja dengan cara menghambat masukkan HIV ke sel melalui reseptor CXCR4

ENFUVIRTID
Mekanisme kerja
Efuvirtid menghambat masuknya HIV-1 ke dalam sel dengan cara menghambat fusi virus ke membran sel
Resistensi
Perubahan genotip pada gp41 asam amino 36-45 menyebabkan resistensi terhadap enfuvirtid
Farmakokinetik
Dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Sumber : http://ibrahimexplorer.blogspot.com/2010/06/anti-virus-farmakologi.html
https://alyarafakalila.blogspot.com

Khasiat Daun Binahong

Khasiat Daun Binahong
Daun Binahong berasal dari Bahasa Korea. Masyarakat Cina sudah lama memanfaatkan tanaman binahong sebagai tanaman herbal.

<p>Your browser does not support iframes.</p>
Kapan masuk ke Indonesia, belum jelas diketahui. Tapi saat ini banyak warga yang mulai menanam binahong ini sebagai tanaman hias maupun sebagai tanaman obat.

Kandungan khasiat yang terdapat pada binahong:

  • Antioksidan.
  • Asam Arkobat.
  • Total fenol.
  • Protein tinggi.
  • dan sebagainya.


Nama Latin tanaman binahong adalah Anredera Cordifolia. Tanaman ini mudah tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi. Tumbuh baik pada kondisi setengah teduh atau teduh. Jadi tidak perlu tekena sinar matahari berlebihan.

Mengingat tanaman binahong tumbuhnya merambat, tentu saja kita harus menyiapkan rambatannya. Sarana rambatan (ajir) bisa bermacam-macam mulai dari lurus tegak hingga dibuat bertali-tali.
Dewasa ini mulai banyak yang menanam, disamping sebagai tanaman obat, juga tanaman hias daun. Bisa ditanam di dalam pot, halaman pekarangan atau pun di kebun.










23 Khasiat Tanaman Binahong untuk Menyembuhkan Penyakit

1. Obat Luka.
Bahan:
Daun binahong beberapa lembar.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci, diremas-remas hingga menjadi lembut dan berlendir.

Cara menggunakan:
Tempelkan pada bagian luka, setelah itu tunggu sebentar, maka lukanya akan menjadi kering.

2. Obat Ambeien.
Bahan:
Daun Binahong sebanyak 16 lembar, air 3 gelas.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

3. Obat Batuk.
Bahan:
Daun binahong 10 lembar.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

4. Obat borok aku yang menahun.
Bahan:
Daun binahong 12 lembar, 3 gelas air.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

5. Obat darah rendah.
Bahan:
Daun binahong 8 lembar, 2 gelas air.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

6. Obat disentri.
Bahan:
Daun binahong 10 lembar, 2 gelas air.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

7. Obat Gatal-gatal, eksim kulit.
Bahan:
Daun binahong 10-15 lembar. 3 gelas air.

Cara membuat:
Daun binahon dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

8. Obat Gegar Otak.
Bahan:
Daun binahong 10 lembar, 2 gelas air.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus hingga mendidih dan tinggal 2 gelas.

Cara pemakaian:
Diminum 1 kali sehari.

9. Obat Gusi berdarah.
Bahan:
Daun binahong 4 lembar, air 2 gelas.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

10. Obat Hidung Mimisan.
Bahan:
Daun binahong 4 lembar, air 2 gelas.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus hingga mendidih sampai tinggal 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

11. Obat Jerawat.
Bahan:
Daun binahong 8 lembar, air 2 gelas.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus hingga mendidih sampai tinggal 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

12. Untuk melancarkan haid.
Bahan:
Daun binahong 3 lembar, 2 gelas air.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus hingga mendidih sampai tinggal 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

13. Obat Kencing manis.
Bahan:
Daun binahong 11 lembar, air 3 gelas.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

14. Obat Kurang Nafsu makan.
Bahan:
Daun binahong 5 lembar, air 2 gelas.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

15. Obat Lemah Syahwat.
Bahan:
Daun binahong 3-10 lembar, air 2 gelas.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

16. Untuk menjaga stamina tubuh.
Bahan:
Daun binahong 1 lembar, 2 gelas air.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

17. Obat sakit paru-paru.
Bahan:
Daun binahong 10 lembar, 2 gelas air.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

18. Obat Patah Tulang.
Bahan:
Daun binahong 10-20 lembar, air 3 gelas.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

19. Obat Radang Ginjal.
Bahan:
Daun binahong 7 lembar, air 2 gelas.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

20. Obat sehabis bersalin.
Bahan:
Daun binahong 7 lembar, 2 gelas air.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

21. Sehabis Operasi.
Bahan:
Daun binahong 20 lembar, 3 gelas air.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

22. Obat Sesak Nafas.
Bahan:
Daun binahong 7 lembar, 2 gelas air.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

23. Obat Usus Bengkak.
Bahan:
Daun binahong 3 lembar, 2 gelas air.

Cara membuat:
Daun binahong dicuci lalu direbus sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.

Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari.

Itulah resep-resep ampuh dari daun binahong. Begitu banyak khasiatnya, tak ada salahnya menanam tanaman binahong ini di pekarangn rumah, siapa tahu suatu saat kita membutuhkannya. Formasi daun per lembar yang dipakai sangatlah penting, selain buat keamanan juga kemanjuran obat.

Jadi simpan baik-baik resep di atas biar tinggal buka saja saat akan menggunakan daun binahong untuk obat sakit.
Sumber: http://obatsakit2011.blogspot.com/2013/05/23-khasiat-tanaman-binahong-serta-resep.html
https://alyarafakalila.blogspot.com

Sistem Dispersi

Sistem Dispersi

Sistem Dispersi
I.         Tujuan
­Mampu membuat sediaan suspensi dan emulsi yang baik serta mengetahui parameter evaluasinya.

II.      ­Prinsip
Berdasarkan Hukum Stokes: Bahwa sedimentasi berkaitan dengan ukuran partikel dari zat ­terdispersi dan bergantung pada viskositas fase pendispersi.

III.   Pendahuluan
Sistem dispersi dapat diartikan sebagai suatu sistem yang salah satu zatnya adalah fase terdispersi kedalam zat atau fase pendispersi. Klasifikasi sistem dispersi dalam farmasi dilakukan berdasarkan keadaan fisik medium dispersi, fasa terdispersi, serta ukuran partikel fasa terdispersi. Klasifikasi ketiga sistem dispersi dibatasi pada medium cair berdasarkan interaksi antara fasa terdispersi dan medium dispersi.
     Pada sistem iyofilik terdapat afinitas antara fasa terdispersi dan medium cair. Dalam sistem iyofobik terdapat hanya sedikit tarik-menarik antara kedua fasa, seperti belerang dan magnesium stearat dalam air. Jika cairan adalah air, maka di pakai terminologi hidrofobik. Kelompok ketiga dari klasifikasi ini adalah molekul, yang mempunyai baik gugus hidrofolik maupun hidrofobik, yang dinamakan ampifil. Molekul ini membentuk agregat dimensi koloidal yang dalam medium despersi dinamakan misel, seperti surfaktan dalam air.
     Dari bermacam bentuk sediaan farmasi , sistem dispersi cairan merupakan sistem yang paling kompleks. Faktor metode manufaktur, pendekatan formulasi, pemilihan bahan formulasi, dan efek faktor lingkungan, seperti terperatur dan waktu, sangat mempengaruhi variabilitas ketersediaan hayati produk, karakteristik, dan variabel lain. Contoh dari bentuk sediaan cair adalah suspensi yang dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung pertikel obat yang terbagi secara halus disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum. Alasan penggunaaan suspensi farmasetik :
a.     Diperlukan dosis obat yang sesuai
b.    Mudah untuk mengatur dosis dengan pengenceran
c.     Mudah ditelan
d.    Tidak menimbulkan rasa yang tidak diinginkan
e.    Karena ukuran partikel halus, akan meningkatkan luas permukaan spesifik dan mempercepat disolusi yang penting sekali untuk obat dengan kelarutan rendah. Hal ini juga dapat mempengaruhi absorpsi obat dan ketersediaan hayati obat.
f.     Dapat mengembangkan bentuk sediaan alternatif, seperti topikal, parenteral, dan oral selain bentuk tablet, pelepasan terkendali berbentuk matrik atau secara penyalutan.
g.    Penerimaan pasien lebih mudah.
Dalam pembuatan suspensi diperlukan partikel dengan ukuran yang sesuai, distribusi ukuran partikel, dan stabilisasi fasa dispersi. Antaraksi antara partikel yang sama, partikel tidak sama, dan medium fasa kontinyu merupakan hal kompleks dan merupakan bagian esensial dari teknologi dispersi. Interaksi antar partikel disusun oleh molekul, atom, dan ion atau agregat dari kelompok ini melibatkan forsa tarik-menarik dan tolak-menolak. Forsa ini bergantung pada sifat, ukuran, dan orientasi spesien dan jarak pisah diantara partikel fasa terdispersi dan medium dispersi. Sifat-sifat yang diinginkan dalam suatu Suspensi Farmasi :
1.    Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok.
2.    Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan
3.    Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.
            Sebagai hasil adsorpsi lapisan udara atau sejumlah kecil kontaminan pada permukaan padat, kadang-kadang sukar sekali mendispersikan bahan bahkan memungkinkan terjaddinya pembasahan solid oleh cairan, sebagai contoh pembuatan suspensi. Partikel dengan berbagai cara dapat dihaluskan sampai mencapai ukuran tertentu. Sesudah itu kalau dihaluskan terus, pertikel tersebut akan membesar ukurannya. Selain itu, jarang sekali partikel halus berbentuk individual, lebih sering berbentuk agregat (kelompok) partikel yang menyatu. Penambahan surfaktan dalam jumlah cukup akan menurunkan sudut kontak mendekati nol. Adapun beberapa perilaku partikel terdispersi :
1.    Koagulasi
La Mer: koagulasi berasal dari bahasa latin “coagulare” yang berarti berkumpul bersama. Terminologi ini berlaku untuk kerja garam netral terhadap dispersi koloidal, dengan penurunan potensial tolak-menolak dari lapisan rangkap elektrik disekitar partikel dari kesatuan berbentuk kompak.
2.    Flokulasi
Flokulasi berasal dari kata latin Floculare yang signifikan dengan bentuk flocon (sarang tawon) yaitu struktur longgar dan poros. Flokulasi dapat dilakukan dengan cara:
a.    Modifikasi muatan elektrik dengan elektrolit
b.    Interaksi kimia
c.    Pembuatan jembatan antara polimer
d.   Penggunaan cairan
3.    Caking
Bersatunya partikel padat membentuk massa, seperti massa kue yang sukar dipisahkan dengan cara pengocokan. Hal ini menimbulkan resiko ketidak homogenan suspensi walaupun sudah mengalami pengocokan.


 
Salah satu aspek dari kestabilan fisika dalam suspensi di bidang farmasi adalah menjaga partikel supaya tetap terdistribusi secara merata keseluruh dispersi. Walaupun merupakan suatu kemungkinan yang kecil untuk benar-benar mencegah pengendapan dalam suatu periode waktu yang lama, perlu juga dipertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengendapan. Berbagai faktor  yang terlibat dalam laju dari kecepatan mengendap partikel-partikel suspensi tercakup dalam persamaan Hukum Stokes :
  

Persamaan Stokes diturunkan untuk suatu keadaan ideal dimana partikel-partikel yang benar-benar bulat dan seragam dalm suspensi yang encer mengendap tanpa mengakibatkan turbulensi pada waktu turun kebawah, tanpa tumbukan antara partikel-partikel suspensoid dan tanpa gaya tarik-menarik kimia atau fisika atau afinitas untuk medium dispersi. Jelas persamaan Stokes tidak bisa dipakai secara tepat untuk suspensi farmasi biasa dimana bentuk suspensoid tidak teratur, dengan berbagai diameter partikel dan bukan bulat, dimana jatuhnya partikel tersebut mengakibatkan turbulensi dan tumbukan serta juga adanya afinitas yang cukup besar antara partikel terhadap medium suspensi. Tetapi konsep dasar dari persamaan tersebut memberikan suatu pertanda yang tepat tentang faktor-faktor yang penting untuk partikel suspensi dan memberikan isyarat penyesuaian yang mungkin dapat dibuat pada suatu formulasi untuk mengurangi laju endap partikel.
            Dari persamaan tersebut  jelas bahwa kecepatan jatuhnya suatu partikel yang tersusupensi lebih besar bila ukuran partikel lebih besar, jika semua faktor  lain dibuat konstan. Dengan mengurangi ukuran partikel dari fase terdispersi, seseorang dapat mengharapkan laju turun lebih lambat dari partikel tersebut. Juga makin besar kerapatan partikel makin besar laju turunnya, asalkan kerapatan pembawa tidak diubah. Karena umumnya digunakan pembawa air dalam suspensi farmasi untuk pemberian oral, kerapatan partikel  umumnya lebih besar daripada kerapatan pembawa, suatu sifat yang diinginkan, karena bila partikel-partikel lebih ringan dari pembawa, partikel-partikel cenderung untuk mengambang dan partikel-partikel ini sangat sukar didistribusikan secara seragam dalam pembawa.
Laju endap dapat berkurang cukup besar dengan menaikkan viskositas medium dispersi dan dalam batas-batas tertentu secara praktis ini bisa dilakukan. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan kembali. Karena itu bila viskositas suspensi dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sampai viskositas sedang saja untuk menghindari kesulitan-kesulitan seperti disebutkan tadi. Sifat khas viskositas dari suspensi dapat diubah tidak hanya dengan penggunaan pembawa, tetapi juga dengan kandungan padatnya. Sebagai proporsi dari partikel padat dinaikkan dalam suspensi, maka begitu pule viskositasnya. Kebanyakan stabilitas fisik dari suati suspensi sediaan farmasi kelihatannya paling cocok untuk disesuaikan dengan mengadakan perubahan pada fase terdispersi dan bukan pada medium dispersi.
 Dalam banyak hal medium dispersi menyokong fase terdispersi yang disesuaikan tersebut. Penyesuaian ini terutama mengenai ukuran partikel, keseragaman ukuran partikel dan pemisahan partikel-partikel tersebut sehingga tidak mungkin untuk menjadi lebih besar atau membentuk padatan pada pendiaman. Seperti ditunjukkan dalam rumus Stokes, pengecualian ukuran partikel dari suatu suspensoid berguna untuk kestabilan suspensi karena laju endap dari partikel padat berkurang kalau ukuran partikel dikurangi. Pengurangan ukuran partikel menghasilkan laju pengendapan yang lambat dan lebig seragam. Tetapi seseorang harus menghindari pengurangan ukuran partikel yang terlalu besar karena partikel-partikel yang halus mempunyai kecenderungan membentuk suatu padatan (cake) yang kompak pada waktu mengendap kedasar wadah. Akibatnya mungkin cake tersebut bertahan pada waktu di kocok dan membentuk gumpalan partikel yang lebih besar ukurannya dan kurang dapat disuspensi daripada suspensoid aslinya.
Bentuk partikel dari suspensoid dapat juga mempengaruhi pembentukan cake dan stabilitas dari produk. Untuk menghindari pembentukan suatu cake, harus diambil cara-cara tertentu untuk mencegah penggumpalan partikel menjadi kristal atau masa yang lebih besar. Satu cara umum untuk mencegah kohesi yang kuat dari partikel-partikel tersebut dengan menggunakan daya ikat antar partikel yang lemah. Penggumpalan partikel ini disebut flok atau flokula, diman partikel-partikel yang terflokulasi itu membentuk sejenis struktur kisi yang dapat menghalangi pengendapan sempurna (walaupun  flok mengendap lebih cepat daripada masing-masing partikel yang halus) sehingga tidak mudah menjadi kompak dibandingkan dengan partikel-partikel  yang tidak terflokulasi. Flok tersebut mengendap membentuk sedimen dengan volume yang lebih besar, struktur yang lebih lemah memungkinkan gumpalan tersebut pecah lagi dengan mudah dan tersebar lagi bila dikocok sedikit saja. Suatu sediaan suspensi yang sudah mengendap harus mempunyai kemempuan untuk terdispersi kembali menjadi sediaan yang homogen (redispersibilitas).
Evaluasi Waktu Redispersi, waktu redispersi dapat diketahui dengan cara mengocok sediaan dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik atau tangan. Suspensi didiamkan hingga mengendap kemudian masing-masing suspensi dikocok homogen dan dicatat waktunya. Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu maksimal 30 detik.
Untuk mengevaluasi sediaan suspensi adalah dengan mengamati volume sedimentasi (F) dan derajat flokulasi (). Volume sedimentasi (F) adalah rasio volume akhir sedimen sediaan suspensi flokulasi dengan volume awal suspensi sebelum terjadi pengendapan,   F =   sedangkan derajat flokulasi () adalah rasio akhir sediaan suspensi flokulasi dengan volume akhir sediaan deflokulasi,   =  .
Bila F = 1 dinyatakan sebagai “floculation equilibrium”, merupakan sediaan yang baik karena tidak adanya supernatan jernih pada pendiaman, demikian bila F mendekati 1. Bila F > 1 terjadi “floc” sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih besar dari volume awal, maka perlu ditambahkan zat tambahan. Dalam formulasi suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva garis yang horizontal  atau sedikit curam (Martin, 1993). 

IV.   Percobaan

4.1     Alat dan Bahan
Alat   : Corong gelas, Gelas ukur, Mortir dan stemper, Pemanas, Botol Bening.
Bahan            : Sulfadiazin, NaCMC, PGA, Gliserin, Aquadest.

4.2     Prosedur
a)    Pembuatan Suspensi
Zat aktif disuspensikan dengan zat pensuspensi dalam tiga variasi konsentrasi.
R/      Sulfadiazin      5%
          Pensuspensi
          Glliserin           2%
          Air ad 100%

b)   Pengamatan Pengendapan
Volume sedimentasi yang terbetuk diamati dalam interval waktu 0, 30, 60 menit sampai 24, 72 jam.

c)    Penentuan Redispersibilitas
Setelah 24 jam, sediaan suspensi diredispersikan.








V.      Pengamatan

Pembuatan Sediaan Suspensi
Zat Aktif

Formula
Sediaan I
Sediaan II
Sulfadiazin 5%
 ( kadar zat aktif 500 mg )

PGA
NaCMC
1%
1%
1.5%
1.5%
2%
2%

Pengamatan Suspensi
Waktu
(Menit)
PGA
NaCMC
1%
1.5%
2%
1%
1.5%
2%
0
-
-
-
-
-
-
30
0.2 cm
0.2 cm
0.4  cm
0.1  cm
0.2  cm
0.3 cm
60
0.4 cm
0.3 cm
0.5  cm
0.2 cm
0.3  cm
0.5  cm
Waktu (Jam)
24
0.5  cm
0.4  cm
0.6  cm
0.4  cm
0.7  cm
0.8  cm
72
0.6  cm
0.5  cm
0.7  cm
0.6  cm
0.8  cm
0.9  cm
Redispersibilitas
0.6  cm
0.3  cm
0.6  cm
0.4  cm
0.7  cm
0.8  cm
F = Vu/V0
0.24  cm
0.20  cm
0.28  cm
0.24 cm  
0.32 cm
0.36  cm







VI.   Pembahasan

Pada pembuatan suspensi ini digunakan zat aktif  sulfadiazin dengan kadar zat aktif 500 mg per tablet. Ada dua macam pengamatan dalam percobaan ini, sulfadiazin disuspensikan dengan zat pensuspensi dalam beberapa variasi konsentrasi yaitu dengan pensuspensi PGA 1% , PGA 1.5 %, PGA 2%  dan pensuspensi Na-CMC 1%, Na-CMC 1.5%, Na-CMC 2%. Zat pensuspensi ini ditambahkan ke medium dispersi untuk menghasilkan struktur yang membantu terdispersinya fase dalam suspensi.
Dalam pembuatan suspensi, dipakai gliserin yang berguna di dalam penggerusan zat yang tidak larut karena akan memindahkan udara diantara partikel–partikel sehingga bila ditambahkan air dapat menembus dan membasahi partikel karena lapisan gliserin pada permukaan partikel mudah bercampur dengan air. Maka itu pendispersian partikel dilakukan dengan menggerus dulu partikel sulfadiazin dengan gliserin.
Sulfadiazin dibuat dalam ukuran kecil dengan menumbuk dan menggerus sediaan sampai halus, hal ini berguna untuk kestabilan suspensi agar laju endap dari partikel padat berkurang sehingga laju pengendapan akan lambat dan lebih seragam.
Pembasahan partikel dari serbuk sulfadiazin yang tidak larut di dalam cairan pembawa (air) adalah langkah yang penting, kadang–kadang sukar mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain – lain kontaminan. Serbuk sulfadiazin tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun berat jenisnya besar serbuk akan mengambang pada permukaan cairan. Pada serbuk yang halus mudah dimasuki udara dan sukar dibasahi meskipun ditekan di bawah permukaan cairan. Selanjutnya semua suspensi disimpan dalam botol tertutup rapat dan terlindung dari panas dan cahaya berlebihan, suspensi dikocok untuk menjamin distribusi zat padat yang merata dalam pembawa.
Baik susupensi dengan pensusupensi PGA maupun NaCMC semuanya menunjukkan kecenderungan untuk berflokulasi, membentuk suatu gumpalan yang lunak, sedimentasi terjadi cepat pada 30 menit pertama. Wujud suspensi kurang bagus karena sedimentasi terjadi cepat, keenam sediaan menghasilkan batas yang nyata antara endapan dan cairan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata. Setelah 72 jam semua suspensi dikocok ringan (uji redispersibilitas) sedimen tidak membentuk cake yang keras ataupun padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula. Kemampuan redispersi baik untuk semua variasi suspensi, semua suspensi terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu + 30 detik. Dari kurva dibawah ini dapat dilihat :
.
Dari kurva dapat dilihat zat pensuspensi yang paling baik bisa dikatakan tidak ada, untuk PGA adalah PGA dengan konsentrasi 2% yang lebih baik dibanding variasi konsentrasi PGA lainnya, sedangkan untuk NaCMC adalah NaCMC dengan konsentrasi 2 % juga. Dari hasil perhitungan volume sedimentasi, F ( hal.7) dapat dilihat bahwa yang paling mendekati sediaan yang baik mendekati F=1 adalah NaCMC sebesar 0.36, setelah dilakukan redispersibilitas dan diamati 24 jam.
 NaCMC 2% dan PGA 2% menjadi pensuspensi yang cukup baik diantara variasi konsentrasi yang di ujikan, hal ini disebabkan kadar konsentrasi pensuspensi yang lebih tinggi dibanding variasi konsentrasi lainnya. Walaupun begitu dalam literatur dijelaskan produk akan terlihat buruk jika F, volume sedimentasi tidak mendekati samadengan satu. Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Maka, untuk mencegah terjadinya pengendapan dari flokulat sehingga didapat volume sedimentasi yang paling baik F=1 atau mendekati satu adalah dengan menambahkan kadar pensuspensi yang lebih banyak tapi tertentu, yang telah di uji coba konsentrasi yang paling baik.

VII. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan tidak ada zat pensuspensi yang paling baik dengan volume sedimentasi,F mendekati satu atau samadengan satu dengan kadar zat pensuspensi PGA 1-2% begitupun NaCMC 1-2%. Untuk membuat sediaan suspensi yang baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antaralain sifat partikel terdispersi (derajat pembasahan partikel), Zat pembasah, Medium pendispersi serta komponen – komponen formulasi. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan, endapan harus terdispersi kembali. Dapat di tambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah di gojog dan dituang.

VIII.       Daftar Pustaka

Agoes, Goesman. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi Edisi revisi dan perluasan.  ITB : Bandung.

Yoshita (penerjemah).  1993.  Dasar Dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetika Edisi Tiga. UI-press: Jakarta.

Ansel C Ph.D Howard.  1989.  Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi ke empat. UI-press : Jakarta.






    
LAMPIRAN
Pertanyaan :
Sebutkan perbedaan antara flokulasi dan deflokulasi !
Jawab :
Yang dimaksud dengan sistem flokulasi, dimana partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali. Keunggulannya : sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi.  
Kekurangannya : dosis tak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi.
Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
a. Kombinasi ukuran partikel.
b. Penggunaan elektrolit untuk control potensial listrik ( zeta ).
c. Penambahan polimer mempengaruhi hubungan atau struktur partikel dalam suspensi.

Sifat – sifat dari partikel flokulasi :
a. Partikel merupakan agregat yang bebas.
b. Sedimentasi terjadi cepat, partikel mengendap sebagai flok yaitu kumpulan partikel.
c. Sedimen terjadi cepat.
d. Sedimen dalam keadaan terbungkus dan bebas sehingga tidak membentuk cake-cake yang keras dan padat, sehingga terdispersi kembali seperti  semula.
e. Bentuk suspensi kurang baik, sebab sedimentasi terjadi cepat dan  diatasnya terdapat daerah cairan yang jernih dan nyata.
Sistem deflokulasi, dimana partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi dan akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.  Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relative homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.
Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali di redispersi karena terbentuk massa yang kompak. Sistem deflokulasi dengan viskositas yang tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paruhnya.
Sifat suspensi deflokulasi :
a. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
b.Sedimentasi terjadi lambat, masing-masing partikel mengenap terpisah dan ukuran  partikel minimal.
c. Sedimen terjadi lambat.
d. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi kembali
e. Bentuk suspensi lebih baik karena zat tersupensi dalam waktu relatif lama dan terlihat bahwa endapan dan cairan bagian atas berkabut.